Skip to content

Mysingkawang

Kreativitas & Perubahan Sosial

Menu
  • Home
  • event
  • blog
  • budaya
  • Ekonomi Kreatif
  • Video
  • wisata singkawang
  • fotografi
    • Fotografer
  • PROFIL
    • PARTISIPASI
    • Liputan Media
Menu

Cap Go Meh Singkawang yang Bikin Syok dan Degdegan

Posted on January 22, 2020November 11, 2020 by mysingkawang

Saat hari ke-15 imlek, ribuan orang diarak berkeliling kota. Saat itulah mata tertuju ke Singkawang untuk menyaksikan perayaan Cap Go Meh (Hanzi: 十五暝).

Ritual Cap Go Meh adalah puncak perayaan Imlek bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Cap Go Meh diperkirakan sudah dilaksanakan sejak 2000 tahun silam pada masa Dinasti Han. Di Indonesia perayaan Cap Go Meh bisa kita temukan di kota Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, dan beberapa daerah lainnya.

Pada zaman Orde Baru, ekspresi kebudayaan Tionghoa mengalami diskriminasi. Pelarangan menggunakan bahasa Tionghoa, nama yang harus diganti, sampai ritual keagamaan ditekan. Ditambah dengan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI), lengkaplah diskriminasi yang dialami oleh orang Tionghoa. Orang Tionghoa fokus pada ekonomi saja. Namun ketika Gus Dur menjadi presiden, diskriminasi terhadap orang Tionghoa dihapuskan. Sejak saat itulah kita bisa melihat ekspresi kebudayaan Tionghoa dengan jelas.

Untungnya di Singkawang, semasa sekolah di zaman Orde Baru, kawan-kawan penulis masih menggunakan bahasa Khek dalam kehidupan sehari-hari. Nama pun tidak banyak yang diganti. Perayaan Cap Go Meh tetap berlangsung selama kekuasaan otoriter yang diskriminatif berlangsung.

Tentunya perayaan Cap Go Meh terbesar dan menyedot perhatian dunia dilaksanakan di Singkawang, Kalimantan Barat. Beberapa kota lainnya di Kalimantan Barat yang juga menggelar Cap Go Meh antara lain : Pemangkat (Kabupaten Sambas), dan Bengkayang (Kabupaten Bengkayang). Kedua daerah ini sangat dekat dengan kota Singkawang.

Pak Janggut, salah satu tatung tinggal di Jalan Ali Anyang.

Keunikan Cap Go Meh di Singkawang terlihat dari festival yang diikuti oleh orang-orang yang disebut Tatung atau louya yang ditandu berkeliling kota. Penulis curiga, istilah Tatung ini diambil dari kata “Ta” dan “Tung”.

“Ta” berarti pukul dan “Tung” berarti sakit. Pukul dan sakit ini merupakan salah satu metode penyembuhan tradisonal yang menggunakan teknik pukul kepada pasien yang dilakukan oleh sinsang atau sinshe. Teknik “Ta” dan “Thung” juga dilakukan oleh sinsang untuk menyakiti dirinya demi mendapatkan “pesan” atau “petunjuk” dari dewa. Saat menyakiti diri, seorang sinshe dalam kondisi kerasukan roh halus.

Sepengalaman penulis hidup di Singkawang, pernah menyaksikan seorang sinsang menggenggam dupa menyala sambil berbicara sendiri. Dia duduk di depan altar yang terdapat patung dan sesajen (cetya). Lalu dupa itu disapukan di tubuh pasien. Tangan sinsang tidak melepuh, tubuh pasien pun tetap baik-baik saja. Banyak lagi metode penyembuhan tradisional yang “keras” ini.

Tapi tentunya ini hanya kesimpulan penulis saja yang membutuhkan kajian lebih lanjut. Kalau salah, maaf yaa.

Kapan awal atraksi Tatung ini bermula? Soal awal ini belum ada kepastian secara tertulis. Tetapi menurut cerita-cerita lama, atraksi ini erat kaitannya dengan peristiwa wabah penyakit yang melanda Singkawang dan sekitarnya. Keberhasilan tatung menyembuhkan penyakit inilah yang kelak menjadi salah satu bentuk perayaan puncak Imlek di Singkawang. Tatung diarak bak seorang pahlawan yang telah berjasa.

Masyarakat mengangkat dan mengarak keliling kota sebagai bentuk penghormatan.

Ritual Cap Go Meh dimulai pada hari ke-14 dalam prosesi yang disebut ”cuci jalan”. Upacara ini dimaksudkan untuk membersihkan kota dari pengaruh roh-roh jahat. Pak Khung atau dewa-dewa yang bersemayam di klenteng diarak berkeliling kota.

Barulah para Tatung mendatangi sejumlah klenteng untuk meminta restu. Vihara (Klenteng) Tri Dharma Bumi Raya menjadi pusat tujuan setiap tatung.

Jika ingin melihat bagaimana proses Tatung kerasukan roh kita harus bersiap sejak pagi hari. Ada baiknya mendatangi daerah Jalan Abadi, Jalan P. Natuna, Jalan Stasiun Bengkayang, Jalan Kalimantan, dan juga Jalan Ali Anyang. Bila punya guide, datanglah ke Sakok, Kopisan, Kali Asin, Sedau, Kulor, Simpalit, dan daerah pinggir kota.

Pasanglah telinga dan mata untuk melihat tanda-tanda kehadiran Tatung.

Tanda yang menunjukkan bahwa rumah memiliki Tatung yaitu bendera warna-warni berbentuk segitiga yang dipasang di sekitar rumah atau klenteng. Kita tinggal memilih salah satu lokasi yang mudah dijangkau. Suara bising tetabuhan yang bila dituliskan yaitu : tek tek tekkk… dung dung ceng….dung dung dungdung ceng.

Seorang tatung biasanya dimasuki lebih dari 1 roh. Tingkah tatung akan berubah sesuai roh yang memasuki dirinya. Selanjutnya Tatung akan menembuskan benda-benda tajam ke pipi dan telinga.

Apakah mereka merasakan sakit?
Sependek pengamatan penulis, meski tatung dalam kondisi kerasukan, ia tetap merasakan sakit. Namun rasa sakit inilah kiranya yang menjadi “medium” untuk mencapai tingkat spiritual tertentu. Ingat ya dengan istilah “Tatung”.

Praktek menyakiti diri sendiri untuk mencapai titik spiritual ini terjadi di banyak tempat di dunia. Misal di Iran dengan peristiwa Karbala, India dengan peristiwa penghormatan kepada Dewi Kali (India Selatan), Thailand dengan Phuket Vegetarian Festival, termasuk di Bagansiapi-api (Rokan Hilir) saat prosesi pembakaran wangkang.

Hanya orang-orang yang berkeyakinan kuat mampu melakukan hal-hal ekstrem, terlebih bila berkaitan dengan sesuatu yang spiritual. Begitu jualah yang terjadi di Singkawang.

Tidak cukup sampai di situ, tandu Tatung pun dikemas sangat ekstrim. Seluruh bagian tandu yang menyentuh tubuh, dipasang pedang-pedang dan paku yang tajam. Singgasana yang tak biasa ini bikin kita syok dan deg degan. Dari delapan penjuru mata angin Singkawang, para Tatung bergerak menuju pusat kota.

Musik gendang dan simbal tak berhenti mengiringi parade. Mereka mengunjungi klenteng atau vihara, di antaranya : Tri Dharma Bumi Raya, Budi Dharma, dan klenteng yang dianggap memiliki sejarah.

Para Tatung berpakaian sangat mencolok serta berwarna-warni. Mereka bagai manusia-dewa yang memperlihatkan kesaktian kepada orang-orang. Tugas mereka pada puncak perayaan Cap Go Meh hanya satu yakni mengusir roh-roh jahat yang dapat mengganggu kehidupan orang- orang di Singkawang.

Bila pada hari ke-14 situasi kota sepeti chaos, maka hari ke-15 para Tatung bersama-sama berkeliling kota. Panjang barisan bisa mencapai 1 km lebih.

Ada makna lain yang bisa ditangkap dari parade Tatung, selain membersihkan kota dari roh jahat. Makna itu adalah pemberitahuan kepada publik bahwa seorang sinshe masih eksis di tengah masyarakat. Dia masih sakti dan mampu menyembuhkan penyakit. Itulah kenapa banyak tatung harus tampil meskipun situasi ekonomi masih sulit.

Pada puncak perayaan Cap Go Meh di Singkawang inilah kita bisa melihat puluhan ribu orang memadati jalan-jalan utama kota. Jumlah Tatung yang terlibat bisa mencapai seribu lebih. Sehingga puncak acara yang hanya beberapa jam saja ini tak pernah dilewatkan bagi mereka yang ingin mengetahui kebudayaan Tionghoa Singkawang.

Cap Go Meh di Singkawang tak hanya seremoni belaka. Tapi penuh dengan atraksi spiritual, magis, dan tak biasa. []

Liat Singkawang Lagi

  • Buku Saku Cap Go Meh Singkawang 2025Buku Saku Cap Go Meh Singkawang 2025
  • Catatan Visual Cap Go Meh Singkawang 2020Catatan Visual Cap Go Meh Singkawang 2020
  • Ritual Buka Mata 9 Naga SingkawangRitual Buka Mata 9 Naga Singkawang
  • Cap Go Meh Singkawang 2023 Gaya Backpacker Content BergiziCap Go Meh Singkawang 2023 Gaya Backpacker Content Bergizi
  • Ritual Cuci Jalan Jelang Cap Go MehRitual Cuci Jalan Jelang Cap Go Meh
  • Dramatis Orang Tionghoa Bakar Naga SingkawangDramatis Orang Tionghoa Bakar Naga Singkawang

About Author

mysingkawang

Website mysingkawang.id merupakan media komunitas yang diterbitkan oleh Perkumpulan Mysingkawang. Menyajikan ragam informasi seputar komunitas, seni, budaya, wisata, dan, kreativitas anak muda Singkawang. EDITOR : FRINO BARIARCIANUR Email : mysingkawangfree@gmail.com

See author's posts

  • budaya tionghoa
  • cap go meh singkawang
  • festival cap go meh singkawang
  • tatung singkawang
  • Leave a Reply Cancel reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ©2025 Mysingkawang | Design: Newspaperly WordPress Theme