
Siapa yang menyangka sebelumnya, sebongkah batu besar di tepi pantai Teluk Mak Jantu, Kelurahan Sedau, Singkawang Selatan memiliki daya tarik bagi wisatawan. Batu Burung namanya.

Dinamai Batu Burung karena dulunya merupakan tempat persinggahan burung- burung laut. Kiranya tidak hanya burung laut, tapi juga para pemancing kerap kali menjadikan batu besar ini sebagai lokasi pemancingan. Jauh sebelum ada jembatan, para pemancing menggunakan perahu kecil untuk mencapai Batu Burung.
Di atas batu besar para pemancing rela berjam-jam menunggu sentakan ikan kerapu, sembilang, atau ikan si merah. Memang tidak besar-besar tapi untuk lauk-pauk di rumah, ikan-ikan segar ini tentulah menyehatkan. Di dekat Batu Burung terdapat sebuah perkampungan nelayan tradisional.
Kampung ini dikenal dengan Teluk Mak Jantu atau Teluk Karang. Di sinilah kita bisa menyaksikan aktivitas masyarakat nelayan tradisional, mulai memperbaiki pukat, perahu, menebar jala atau bisa juga menyewa perahu untuk menyusuri kawasan teluk.
Batu Burung mulai ramai dikunjungi orang ketika Pawadi, salah satu warga Teluk Mak Jantu, membuka lahan pribadi menjadi tempat peristirahat bagi para pemancing. Ia mendirikan sebuah warung kecil yang menyediakan kopi, teh, mie cepat saji, dan makanan kecil lainnya.


Pelan-pelan Pawadi mulai menata halaman rumahnya. Semak belukar dibabat, jalan setapak dirapikan, dan mulai menanam pohon-pohon cemara dan ketapang. Pawadi hanya dibantu oleh anak-anaknya. Dia yakin tempat yang sederhana ini akan menjadi salah satu tempat alternatif wisata di Singkawang. Meskipun hanya dengan modal kegigihan.
Pada tahun 2011, Perkumpulan MySingkawang bersama anak-anak Teluk Mak Jantu membuat sebuah festival kecil. Namanya Festival Teluk Mak Jantu yang mengusung tema “Belarak ke Batu Burung.” Festival ini meliputi kegiatan musik, teater, puisi, tari, serta workshop fotografi dan film. Festival yang berupaya mengangkat Kampung Teluk Mak Jantu menjadi sebuah kampung budaya nelayan tradisional di Singkawang.

Sejak kegiatan pertama itu, Pawadi semakin bersemangat. Hasil-hasil dokumentasi dari fotografer dan videographer disebarkan melalui media sosial. Bahkan hamper tiap sore, sejumlah fotografer Singkawang selalu merekam berbagai moment di Teluk Mak Jantu. Tentunya lebih banyak memotret landskap Teluk Mak Jantu.
Batu-batu besar yang berada di sepanjang pantai kiranya menjadi point of interest para fotografer. Foto-foto mereka pelan-pelan mengundang wisatawan untuk menikmati senja di Batu Burung. [BACA JUGA : LANDSKAP BATU BURUNG SINGKAWANG]

Kini Batu Burung sudah berganti wajah. Tapi Pawadi tetap memperhatikan keaslian lanskap kampungnya. Lambat laun Batu Burung dan Teluk Mak Jantu lebih menarik perhatian ketimbang Sinka Island Park yang juga merupakan tempat wisata modern.
Untuk mencapai lokasi Batu Burung yang berada di Teluk Mak Jantu atau Teluk Karang, kita bisa menggunakan kendaraan roda empat dan sepeda motor. Hanya memakan waktu 30 menit dari pusat kota. Bila dari arah Pontianak, maka kita bisa langsung mengarahkan kendaraan ke Sedau. Cirinya ada jembatan besar dan sebuah masjid.
O ya, hampir lupa. Masuk ke kawasan Batu Burung gratis. []